MAKALAH
MENGANALISIS KARYA SASTRA PUISI INDONESIA
Disusun
Oleh :
Siska
Amalia (21)
XI
Bahasa
Tahun Ajaran 2012-2013
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. atas segala karunia yang tiada
henti-hentinya pada hamba-Mu ini. Terima kasih untuk kedua orang tua yang
memberikan dorongan dan bantuan baik secara moral maupun spiritual,
saya
berhasil menyelesaikan makalah dengan judul “Menganalisis Jenis
Karya Sastra Puisi Indonesia” yang berisi pemahaman materi bagi teman-teman sebagai
saran belajar agar siswa lebih aktif dan kreatif. Dalam penyusunan makalah ini,
saya banyak sekali mengalami bayak kesulitan karena kurangnya ilmu pengetahuan.
Namun, berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan meskipun banyak kekurangan.
Saya menyadari sebagai seorang pelajar yang
pengetahuannya belum seberapa dan masih perlu banyak belajar dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
yang positif untuk kesempurnaan makalah ini.
Saya berharap mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat dan digunakan sebagai bahan pembelajaran di masa yang akan datang.
Amin.
Ungaran, September
2012
Penulis
Siska Amalia
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................1
DAFTAR
ISI........................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah………………………………3
1.2
Tujuan Penulisan………………………………………3- 4
1.3
Fokus Penelitian……………………………………….4
1.4
Sistematika Penulisan………………………………….4
BAB II MENGANALISIS JENIS KARYA SASTRA PUISI
INDONESIA
2.1 Pengertian Puisi.........................................................5-
6
2.2 Unsur-unsur
Puisi.......................................................6- 7
2.3 Jenis-jenis
Puisi..........................................................19
BAB III PENUTUP
3.1
Simpulan....................................................................20
3.1
Saran..........................................................................20
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….20
BAB I
MAKALAH MENGANALISIS
KARYA SASTRA PUISI
INDONESIA
1.1
Latar
Belakang Masalah
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιÎω/ποιῶ (poiéo/poió) = I
create) adalah seni tertulis
dimana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya
untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.
Penekanan
pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan
rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun
perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan
mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan
imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi
juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam
keadaan hatinya.
Baris-baris
pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal
tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi
kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca
hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi
penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak
ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada
beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru
Di Indonesia, puisi
telah mulai ditulis oleh Hamzah Fansuri dalam bentuk syair Melau dan ditulis
dengan huruf Arab di akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17 (Ismail, 2001:5).
Ahli-ahli sastra
banyak yang membedakan dan membagi perpuisian Indonesia menjadi puisi lama dan
puisi baru. Namun, apa yang disebut puisi lama itu masih tetap diapresiasi dan
diproduksi sampai saat ini. Disamping itu, puisi baru juga tidak bisa
melepaskan puisi lama karena ia bisa jadi ilham yang penuh keindahan untuk
dikerjakan.
1.2
Tujuan
Penulisan
Tujuan-tujuan
dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui pengertian dari puisi
2. Untuk
mengetahui unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra puisi
3. Untuk
mengetahui jenis-jenis puisi di Indonesia
1.3
Fokus
Penelitian
Fokus
penelitian dalam makalah ini adalah :
1. Apakah
yang dimaksud dengan puisi?
2. Unsur-unsur
apa saja yang terdapat dalam karya sastra puisi?
3. Apa
sajakah jenis-jenis puisi di Indonesia?
1.4
Sistematika
Penulisan
Makalah ini saya susun dalam tiga bab, yang
tiap-tiap babnya terdiri atas :
BAB
I PENDAHULUAN
·
Latar Belakang Masalah
·
Tujuan Penulisan
·
Fokus Penelitian
·
Sistematika Penulisan
BAB II
MENGANALISIS JENIS KARYA SASTRA PUISI
INDONESIA
2.1 Pengertian Puisi
Secara etimologis,
kata puisi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kataPoesis yang
artinya penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang
erat dengan poet dan poem. Mengenai kata poet, Coluter
(dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal
dari Yunan yang berarti membuat atau mencipta.
Dalam bahasa Yunani
sendiri, kata poet berarti imajinasinya, orang yang
hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepad dewa-dewa. Dia adalah
orang yang berpenglohatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf,
negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Shahnon Ahmad (dalam Pradopo,
1993: 7) menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar
tentang puisi itu berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan
pancaindra, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang
bercampur-baur.
Menurut Kamus istilah
Sastra (Sudjimanm 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat
oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Watt-Dunton (Situmorang,
1980: 9), Mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi yang konkret dan bersifat
artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.
Carlyle mengemukakan
bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, kata-katanya disusun
sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu seperti musik.
Samuel Taylor Coleridge mengemukakan
bahwa puisi adalah kata-kata yang teridah dalam susunan terindah.
Ralph Waido Emerson (Situmorang,
1980:8), menyatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata
sesedikit mungkin.
Putu Arya Tirtawirja (1980: 9),
menyatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit dan samar, dengan
makna yang samar dimana kata-katanya condong pada kata konotatif.
Herman J. Waluyo mendefinisikan
bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran secara
imajinasi dan disusun dengan mengkosentrasikan semua kekuatan bahasa dengan
pengosentrasian struktur fisik dan struktur batinya.
Ada juga yang
mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengekspresikan secara
padat pemikiran dan perasaan penyairnya, digubah dalam wujud dan bahasa yang
paling berkesan.
2.2 Unsur-Unsur yang Terdapat dalam Puisi
Unsur-unsur puisi meliputi struktur
fisik dan struktur batin puisi
Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi terdiri dari:
1. Perwajahan puisi (tipografi),
yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi
kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat
menentukan pemaknaan terhadap puisi.
2. Diksi,
yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya, karena
puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan
banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan
kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan
kata.
3. Imaji,
yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi,
seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba
atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan
melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
4. Kata konkret,
yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya
imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata
kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan lain-lain,
sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat
hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain.
5. Gaya
bahasa,
yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan
menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi
prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa
disebut juga majas.
Adapun
macam-macam majas antara lain : Metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi,anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars
pro toto, totem pro parte,
hingga paradoks.
Rima
mencakup:
1.
Onomatope (tiruan
terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.),
2.
Bentuk intern pola
bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang,
sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya
3.
Pengulangan
kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya
bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
Struktur Batin Puisi
Struktur batin puisi terdiri dari :
ü Tema (sense);
media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna,
maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna
keseluruhan.
ü Rasa (feeling),
yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan
psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin,
kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan
psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam
menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih
kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak
bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang
terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
ü Nada (tone),
yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan
rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja
sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja
kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan
lain-lain.
ü Amanat (itention);
yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca.
2.3
Jenis-Jenis Puisi
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas
puisi lama dan puisi baru.
Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat
oleh aturan-aturan.
Aturan- aturan itu antara lain :
1. Jumlah
kata dalam 1 baris
2. Jumlah
baris dalam 1 bait
3. Persajakan
(rima)
4. Banyak
suku kata tiap baris
5. Irama
Ciri-Ciri
puisi lama:
1. Merupakan
puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
2. Disampaikan
lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
3. Sangat
terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata
maupun rima.
Jenis-jenis
puisi lama :
Contoh:
Assalammu’alaikum putri
satulung besar
Yang beralun berilir
simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap
gading
Akan membasuh mukamu
« Pantun adalah
puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri
dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai
isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi,
agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Contoh:
Kalau
ada jarum patah
Jangan
dimasukkan ke dalam peti
Kalau
ada kataku yang salah
Jangan
dimasukkan ke dalam hati
Contoh:
Dahulu
parang sekarang besi (a)
Dahulu
sayang sekarang benci (a)
Contoh:
Lurus
jalan ke Payakumbuh,
Kayu
jati bertimbal jalan
Di
mana hati tak kan rusuh,
Ibu
mati bapak berjalan
Contoh:
Kurang
pikir kurang siasat (a)
Tentu
dirimu akan tersesat (a)
Barangsiapa
tinggalkan sembahyang (b)
Bagai
rumah tiada bertiang (b)
Jika
suami tiada berhati lurus (c)
Istri
pun kelak menjadi kurus (c)
« Syair adalah
puisi yang bersumber dari Arab dengan
ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Contoh:
Pada
zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah
sebuah cerita (a)
Sebuah
negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin
sang raja nan bijaksana (a)
Contoh:
Kalau
anak pergi ke pekan
Yu
beli belanak pun beli sampiran
Ikan
panjang beli dahulu
Kalau
anak pergi berjalan
Ibu
cari sanak pun cari isi
Induk
semang cari dahulu
Puisi Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas
daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri
Puisi Baru:
& Bentuknya
rapi, simetris;
& Mempunyai
persajakan akhir (yang teratur);
& Banyak
mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
& Sebagian
besar puisi empat seuntai;
& Tiap-tiap
barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
& Tiap
gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
Jenis-jenis
Puisi Baru Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
: Balada adalah
puisi berisi kisah atau cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 bait,
masing-masing dengan 8 larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema
rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama
digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya.
Contoh: Puisi karya
Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”.
Ciri-cirinya adalah
lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air,
atau almamater (Pemandu
di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne
diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang
dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.
Contoh:
Bahkan batu-batu
yang keras dan bisu
Mengagungkan
nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat
derita pada lekuk dan liku
bawah
sayatan khianat dan dusta.
Dengan
hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan
darah dari tangan dan kaki
dari
mahkota duri dan membulan paku
Yang
dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa
luka-luka yang lebar terbuka
dunia
kehilangan sumber kasih
Besarlah
mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
(Saini S.K)
: Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya
sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia,
bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
Contoh:
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantun keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
: Epigram adalah
puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa
Yunani epigramma yang
berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk
dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
Contoh:
Hari
ini tak ada tempat berdiri
Sikap
lamban berarti mati
Siapa
yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang
menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)
: Romansa adalah
puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa
Perancis Romantique yang
berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih
mesra.
: Elegi adalah
puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang
mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama
karena kematian/kepergian seseorang.
Contoh:
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini
kali tidak ada yang mencari cinta
di
antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang
serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus
diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis
mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung
muram, desir hari lari berenang
menemu
bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan
kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada
lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir
semenanjung, masih pengap harap
sekali
tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari
pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
: Satire adalah
puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa
Latin Satura yang
berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu
golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim, dan lain-lain.
Contoh:
Aku
bertanya
tetapi
pertanyaan-pertanyaanku
membentur
jidat penyair-penyair salon,
yang
bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara
ketidakadilan terjadi
di
sampingnya,
dan
delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu
dl kaki dewi kesenian.
Sedangkan macam-macam
puisi baru dilihat dari bentuknya
antara lain:
Contoh:
Berkali
kita gagal
Ulangi
lagi dan cari akal
Berkali-kali
kita jatuh
Kembali
berdiri jangan mengeluh
Contoh:
Dalam
ribaan bahagia datang
Tersenyum
bagai kencana
Mengharum
bagai cendana
Dalam
bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar
bagai matahari
Mewarna
bagaikan sari
Contoh :
Mendatang-datang
jua
Kenangan
masa lampau
Menghilang
muncul jua
Yang
dulu sinau silau
Membayang
rupa jua
Adi
kanda lama lalu
Membuat
hati jua
Layu
lipu rindu-sendu
Contoh
:
Hanya
Kepada Tuan
Satu-satu
perasaan
Hanya
dapat saya katakan
Kepada
tuan
Yang
pernah merasakan
Satu-satu
kegelisahan
Yang
saya serahkan
Hanya
dapat saya kisahkan
Kepada
tuan
Yang
pernah diresah gelisahkan
Satu-satu
kenyataan
Yang
bisa dirasakan
Hanya
dapat saya nyatakan
Kepada
tuan
Yang
enggan menerima kenyataan
(Or.
Mandank)
Contoh:
Indonesia
Tumpah Darahku
Duduk
di pantai tanah yang permai
Tempat
gelombang pecah berderai
Berbuih
putih di pasir terderai
Tampaklah
pulau di lautan hijau
Gunung
gemunung bagus rupanya
Ditimpah
air mulia tampaknya
Tumpah
darahku Indonesia namanya
Contoh:
Awan
Awan datang melayang
perlahan
Serasa bermimpi, serasa
berangan
Bertambah lama, lupa di
diri
Bertambah halus akhirnya
seri
Dan bentuk menjadi
hilang
Dalam langit biru
gemilang
Demikian jiwaku lenyap
sekarang
Dalam kehidupan teguh
tenang
: Soneta,
adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua
bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga
baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa
Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah
puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan
olehMuhammad
Yamin dan Roestam
Effendi, karena itulah mereka berdualah
yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia
tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai
kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah
barisnya (empat belas baris).
Contoh:
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan
nyala ( a )
Melihat anak berelagu
dendang ( b )
Seorang saja di tengah
padang ( b )
Tiada berbaju buka
kepala ( a )
Beginilah nasib anak
gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu
nan rindang ( b )
Semenjak pagi
meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di
senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup
sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi
serunai ( a )
Melagukan alam nan
molek permai ( a )
Wahai gembala di segara
hijau ( c )
Mendengarkan puputmu
menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan
dikau ( c )
Puisi Kontemporer
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai
dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan
zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir.
Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi iti sendiri.
Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun
bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian
kata-kata simbolik atau lambing intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya
dianggapnya tidak begitu penting lagi.
Tokoh-tokoh puisi kontemporer di Indonesia saat ini, yaitu sebagai berikut:
Puisi
kontemporer dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
8 Puisi
mantra adalah
puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah
orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer.
Ciri-ciri mantra adalah:
1.
Mantra bukanlah sesuatu
yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang disajikan untuk
menimbulkan akibat tertentu.
2.
Mantra berfungsi
sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri.
3.
Mantra mengutamakan
efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada perintah.
8 Puisi
mbeling adalah
bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah
ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama
kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk
menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado,
lembar tersebut diberi nama "Puisi Mbeling". Kata-kata dalam puisi
mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main.
Ciri-ciri
puisi mbeling adalah:
1.
Mengutamakan
unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua
unsur puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk
mencapai efek kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat).
Contoh:
Sajak Sikat Gigi
Seseorang
lupa menggosok giginya sebelum tidur
Di
dalam tidur ia bermimpi
Ada
sikat gigi menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka
Ketika
ia bangun pagi hari
Sikat
giginya tinggal sepotong
Sepotong
yang hilang itu agaknya
Tersesat
di dalam mimpinya dan tak bisa kembali
Dan
ia berpendapat bahwa, kejadian itu terlalu berlebih-lebihan
2.
Menyampaikan
kritik sosial terutama terhadap sistem
perekonomian dan pemerintahan.
3.
Menyampaikan
ejekan kepada para penyair yang bersikap
sungguh-sungguh terhadap puisi. Dalam hal ini, Taufik
Ismailmenyebut puisi mbeling dengan puisi
yang mengkritik puisi.
8
Puisi
konkret adalah
puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga
menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan
bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat
lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai
ungkapan ekspresi penyairnya.
Penyusunan
puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu memerhatikan
beberapa unsur sebagai berikut:
- Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau pengulangan-pengulangannya.
Tipografi;
meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun
sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
Enjambemen;
meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris
berikutnya.
Kelakar (parodi);
meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang
pekat dan penuh perenungan (kontemplatif).